skip to main |
skip to sidebar
Kini aku duduk didalam gelapnya hatiku. Sungguh bodoh diriku yang terus menangisi masa lalu. Hidupku terus dibayangi oleh masa laluku. Rasa kehilangan bagaikan adanya angin dan badai yang menerpa hati ku. Rasa kehilangan yang terus menghantuiku.
Kehilangan itu dimulai dari boneka kesayanganku yang hilang. Nyatanya boneka itu tak hilang namun hanya dijauhkan oleh ku. Aku hanya bisa melihat nya tanpa menyentuhnya. Bagi ku boneka beruang ini adalah temanku. Di masa itu aku hanya memiliki sedikit teman disekolah dan tidak ada teman dirumah.
Di masa itu ‘Papa’ adalah teman ku yang paling mengerti mau ku. Dia mengajarkan apa yang aku mau dan aku sukai. Papa adalah lelaki tertampan yang pernah aku temui. Begitu pula Mama dia adalah wanita tercantik, wanita terkuat, dan istri yang paling berbakti kepada suami. Mama mendidikku dengan caranya sendiri. Hingga aku menjadi seperti sekarang ini. Mereka begitu hebat.

Ketika boneka kesayangan ku itu di jauhkan dari ku karena penyakit asma yang aku derita ini aku hanya mampu menatapnya. Namun karna rasa sayangku kepada boneka itu, aku selalu mencari cara untuk mendapatkannya. Hingga akhir nya mama tau dan menyembunyikannya. Saat itu aku sangat sedih dan kecewa. Akhirnya papa membawa ku ke sebuah toko buku. Papa memang hobi membaca dan dia menurunkannya kepada ku. Ditoko buku dia mengizinkanku memilih buku apapun yang aku mau. Ini semua agar aku tidak kesepian. Papa sering membeli buku tentang sejarah apalagi biografi Ir.Soekarno. Papa sangat menyukai dan mengidolakan sosok Bapak Ir.Soekarno. Aku selalu menyukai apa yang papa sukai.
Dan akhirnya karna hobi membaca itu aku mampu membiarkan boneka itu disembunyikan oleh mama. Meskipun aku masih sering mengingatnya. Kini aku selalu bermain dengan khayalan ku karena hobi membacaku itu. Aku pun memiliki buku favorite yaitu komik “Doraemon” sekaligus film kartun favorite ku.
Aku memang tidak memiliki banyak teman namun aku memiliki seorang sahabat yang tak pernah aku lupakan. Namanya Gadis. Dia memiliki tubuh gempal dan memiliki senyum yang manis. Dia tinggal di sebuah apartement bersama Ibu angkatnya dan Ibunya. Aku sering sekali bermain dan belajar di apartemennya bahkan berenang bersama di sana. Aku pun pernah bertengkar hebat dengannya. Sampai dia pernah menggamparku. Aku tertawa jika mengingat itu semua. Karna setelah dipanggil guru kami berpelukan dan menangis. Lalu keluar dari kantor guru sambil tertawa bahagia. Gadis adalah sahabat pertama ku. Karena kami bersahabat sejak TK.

Hingga akhirnya kehilangan itu menerpa ku lagi. Saat kelas 3 SD dia harus pindah sekolah yang memaksa ku untuk jauh darinya. Aku sedih sekali hingga sering diejek karena merasa kesepian. Aku lebih suka berlari sendiri dan menyendiri. Namun 1 tahun pertama kita berpisah, aku masih sering bertukar surat dengannya melalui teman khursus bahasa inggris ku. Namun, setelah itu kami semakin jauh dan tak pernah berjumpa lagi hingga hari ini. Bagaimanapun, dia adalah sahabat pertamaku. Meskipun, aku tak pernah berjumpa lagi dengannya aku tetap berjumpa dengannya dalam kenangan-kenangan itu.
Setelah aku kehilangan Boneka kesayanganku dan Gadis sahabat ku, kini aku semakin di dalam ambang kesepian ku. Aku bagaikan putri didalam kerajaan yang sangat sepi. Namun sang Ratu dan sang Raja selalu memanjakannya, mengajarkan kehidupan, dan mendidik dasar hidup. Meskipun aku memiliki seorang adik. Namun dia masih sangat kecil. “Apa dia mampu mendengarkan kesepian ku? tentu tidak!” ucapku dalam hati kecil ku. Terkadang aku merasa mereka hanya mengajarkan ku kerajaan itu namun tidak mengajarkan bagaimana cara keluar.
Namun aku pun merasakan neraka nya kerajaan itu ketika mereka bertengkar. Dan aku tersadar bahwa ini bukan lah kerajaan dan bukanlah dongeng. Aku tersadar aku bukanlah seorang putri. Mama selalu patuh dan sabar menghadapi papa. Mama selalu menutupi keburukan papa. Mama tetap setia meski terus disakiti. Karena mama sadar terlalu jauh rintangan mereka.
Suatu waktu mereka bertengkar hebat bahkan sampai terjadinya kontak fisik karena suatu hal yang tak mampu aku ungkapkan. Dan disaat itulah mereka mengambil keputusan untuk berpisah. Apakah kalian mampu membayangkan ? Ketika harus kehilangan keluarga yang kalian cinta dan damba kan? Hancur, kecewa, marah dengan keadaan, benci, namun mau apalagi disitu aku masih sangat kecil. Adikku pun masih bayi. Inilah masa kehancuranku. YAA! Seakan-akan aku tak memiliki apapun kecuali cinta mereka yang terpisah yang tak utuh.. Bahkan aku ragu itu cintaa..
Aku tak tau harus apa. Aku masih sangat polos untuk mengucap ataupun bertanya 'Kenapa harus'? Aku hanya mampu diam dan berkata "Iya ma. Aku ngerti." Meski nyatanya tidak! Lihat! Aku seorang bocah yang seharusnya memiliki istananya dan keindahannya! tapi, perlahan-lahan menghilang!
(bersambung)
0 komentar:
Posting Komentar